Rabu, 29 Juli 2015

Dia yang ku panggil Uni

Kue..kue…
Suara nyaring dari ibu penjual kue sontak membangunkanku.
Astaghfirullah…sudah jam 7 lewat…belum mandi..maaaaak… telat ngampus….. Aku melompat dari tempat tidur lalu menarik handuk dan kemudian langsung ke TKP alias kamar mandi. Hari ini  jadwal kuliah jam 8 dan aku belum bersiap - siap, salahku pakai acara tidur lagi selepas subuh tadi. Jam 07.45, setelah berpakaian dan merapikan jilbab unguku, memasukkan satu dua buku ke dalam tas langsung saja aku melangkah ke luar tanpa memenuhi hak si lambung dan teman-temannya untuk diisi. Jarak ke kampus dari kosan dapat ditempuh sekitar 15 menit jika berjalan santai, tapi jika sudah telat aku bisa melaluinya dalam waktu 10 menit saja. Sejurus kemudian aku telah berada di depan gerbang kampus, masih ada 5 menit lagi sebelum tepat jam 8. Dari kejauhan tampak sosok anggun berjilbab merah hati melemparkan senyum kepadaku. Uni Nia…panggilku sambil melambaikan tangan. Hari ini dia menggunakan jilbab dangangannya lagi, ia tampak cantik memakainya. Setelah bersalaman kami berjalan bersama menuju ruang kuliah yang berdekatan. Sembari berjalan aku menggodanya “uni, cantik kali kok hari ini pakai  jilbab itu”
“iya ka..hitung-hitung promosi, siapa tau ada yang tertarik dengan melihat uni pakai jilbab ini” jawabnya dengan logat minang yang masih sangat kental.

Aku memang menaruh rasa hormat kepada sahabat sekaligus kakak bagiku ini. Bagaimana tidak, uni sebenarnya dua tahun  di atasku, sebelumnya ia berkuliah di Universitas Negeri Padang tapi ia memilih untuk meninggalkan kuliahnya dan masuk ke Fakultas Kedokteran Unsyiah. Uni memang mempunyai cita – cita menjadi seorang dokter, mungkin bagi sebagian orang tujuan  menjadi seorang dokter supaya ia bisa hidup mapan, punya banyak uang dan lain-lain, tapi aku pernah bertanya sekali waktu kenapa ia ingin menjadi seorang dokter, dan jawaban sangat mengagumkan mengalir dari bibirnya.
“karena uni ingin membantu saudara – saudara  kita di Palestina yang sedang dijajah oleh Israel La’natullah , disana orang-orang dibantai dengan kejam, pelayanan kesehatan pun sangat minim mulai dari peralatan medis sampai ke tenaga medisnya”
Aku hanya mengangguk takzim mendengar penjelasan Uni yang sebenarnya sangat menampar hatiku. Ah..apa yang sudah aku lakukan untuk mereka?
***

Hari minggu, waktu untuk santai sejenak setelah mencuci pakaian. Ku buka Laptop dan menghubungkannya dengan internet. Aku memutuskan untuk berlayar di dunia maya. Akun facebook pun telah ku buka, ada beberapa notifikasi dari grup yang aku ikuti. Kemudian aku kembali ke beranda facebook, melihat status dari teman-teman yang menginspirasi. Kali ini ada status dari Uni Nia, jarang –jarang ia membuat status, tidak sepertiku, setiap hari non stop. Aku tercengang membaca statusnya, lagi-lagi Uni berhasil membuatku semakin takjub akan sosok wanita muslimah seperti dirinya.

Setiap kali memandang wajah  anak - anak Palestine yang terpampang di depan mata setiap kali habis qiyamul lail membuatku semakin semangat jualan…hanya itu yang mampu kulakukan saat ini, menyisihkan sebagian keuntungan untuk saudara yang tak pernah sekalipun bertatap muka apalagi untuk sekadar tahu nama, tapi mereka membuat hati didera rindu yang tak tertahankan untuk segera dipertemukan,beginilah islam mengajarkan persaudaraan ikatan itu terasa tanpa harus diawali oleh sebuah perkenalan”

Ternyata ia berjualan jilbab bukan untuk menambah uang jajannya tapi keuntungan dari penjualan jilbab itu ia sisihkan untuk anak – anak palestina .
Uni betapa kuat tali ukhuwah yang kau punya untuk mereka 


Darussalam, 2014
untuk Uni Tersayang, 
terimakasih sudah menginspirasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar