Minggu, 30 Agustus 2015

Perjalanan itu bernama Hijrah





Saat hidayahNya menghujam hati
Tiada sesiapa yang dapat mengusik
Ia larut dalam dekap kasih sayang Allah
Enggan kembali ke episode kelam dalam hidupnya
Aku menganguminya sebagai salah satu sahabat Surga
Yang lembut namun dapat tegas saat diperlukan
yang teguh mempertahankan 'hijab' sejak pertama kali menggunakannya

Dipertemukan dalam lomba olimpiade Sains, sama – sama mewakili Aceh Utara untuk bersaing lagi di tingkat provinsi, belum membuatku dekat dengan sahabatku yang satu ini. Aku mengenalnya sepintas lalu, hanya mengetahui dia sama – sama anak Aceh Utara, dan betul – betul hanya itu, tidak ada percakapan selanjutnya sampai perlombaan berakhir. 
   
Tapi dua tahun kemudian, aku dipertemukan lagi dengannya, sama – sama berstatus mahasiswa pendidikan dokter Unsyiah, aku menegurnya pertama kali di acara pembimbingan karakter mahasiswa baru FK Unsyiah bernama METAMORFOSIS. Dan ternyata memang dia, teman yang dulu aku tahu hanya sepintas saja. seiring waktu yang berjalan dan seiring perkenalan yang semakin mendalam, aku perlahan takjub dengan perubahan nyata darinya.


Pernah ia bertanya kepadaku tentang bagaimana cara memakai jilbab lebar, dengan santai aku menjawab "tinggal pakai saja, tidak susah". Iya memang tidak sesimpel itu, apalagi alasan takut dibilang 'sok alim', takut dibilang 'kerudung lebar musiman', dan berbagai alasan - alasan lain yang notabene datang dari orang - orang dengan kerudung yang hanya 'separoh' dan transparan.

Kuncinya dekat sama Allah, kejar hidayahNya, karena Hidayah itu perlu dicari, dan ketika Allah telah memberikan Hidayah itu, buka kan pintu lebar -lebar, sambut ia selayaknya tamu kehormatan, jaga ia dengan baik agar tidak sampai pulang hingga kita 'berpulang', tak perlulah menanggapi suara bising diluar sana, hanya mengecutkan hati karena jika Allah sudah suka,  yang lain bukan masalah kan? 

Temanku yang satu ini seperti sudah mencapai tahap itu, ia berubah seketika, mantap menggunakan kerudung lebar yang semakin memancarkan aura keindahan, tanpa mendengarkan komentar miring disekeliling. Tidak hanya itu, ketaatannya kepada perintah Allah juga semakin meningkat, apalagi dalam menghafal Firman - FirmanNya. 

Ia adalah pemegang amanah yang hebat, saat ini ia diamanahkan sebagai wakil menteri Pemberdayaan Perempuan BEM Unsyiah, untuk dia yang tidak pernah mengenal dunia BEM fakultas, apalagi tingkat Universitas, aku mengacungi jempol karena ia sanggung mengambil amanah ini. 
Tiada Beban tanpa Pundak.

dan satu lagi yang sangat aku kagumi darinya, ia adalah seorang kakak yang teramat mencintai adiknya. Setiap Jumat ia kembali ke rumah hanya untuk memastikan adiknya sudah pergi shalat Jumat atau belum, kemudian ia kembali ke kampus untuk mengikuti kajian Jumaatan di Mushalla. Jika ia makan enak, dipastikan adiknya juga harus makan yang sama. Seperti saat buka puasa bersama waktu itu, ia belum makan, tapi buru - buru pulang karena ingat adiknya harus berbuka pakai apa nanti, sampai ia meminta membeli nasi lagi untuk adiknya dari panitia. Sungguh luar biasa.

Teman yang baik itu adalah rezeki...
dan memang benar sekali, dapat mengenalnya adalah salah satu rezeki terbaik yang aku punya. Terima kasih telah mengajariku untuk terus gigih mencari HidayahNya.

selamat menjejak tangga ke-22 saudaraku....
semoga kelak dapat dipertemukan lagi denganmu di SurgaNya
jemput aku jika ternyata kaki ini tergelicir ke dalam api
Mesjid Aree, 31 Agustus 2015
dari hati yang merindu untuk bersua

2 komentar: